Saat Nourin Mohamed Siddiq membaca ayat-ayat Al-Quran, orang-orang di berbagai negara di dunia menggambarkan suaranya bernada sedih, penuh penghayatan dan dibandingkan dengan musik bergaya Blues.
Suaranya yang unik itu membuatnya jadi salah satu pembaca Alquran (qari) terpopuler di dunia.
Ketika ia meninggal dunia pada usia 38 tahun akibat kecelakaan mobil di Sudan pada November 2020, kepergiannya itu mengundang duka dari Pakistan hingga Amerika Serikat.
"Dunia telah kehilangan salah satu [suara] yang terindah di zaman kita," cuit dai kenamaan Imam Omar Suleiman dari Texas di Twitter.
The world has lost one of the most beautiful Quran reciters of our time in a car accident today. Shaykh Nurayn Muhammad Siddeeq of Sudan (rahimahullah).
— Dr. Omar Suleiman (@omarsuleiman504) November 7, 2020
May Allah have mercy on him and grant him Shahada. Ameen pic.twitter.com/5mgWdLaXel
Hind Makki, seorang pendidik antaragama Sudan-Amerika, mengaku kualitas lantunan suara almarhum itu sulit digambarkan dalam kata-kata.
Bukanlah suatu kebetulan bila lantunan suaranya dibandingkan dengan musik Blues.
Menurut sejarawan Sylviane Diouf, lantunan, doa, dan pembacaan dari umat Muslim Afrika Barat yang dulu jadi korban perbudakan, yang suaranya mirip dengan umat Muslim di kawasan Sahel hingga Sudan dan Somalia, bisa jadi telah berkontribusi pada terciptanya "musik orang Afrika-Amerika di kawasan Selatan yang khas sehingga berevolusi menjadi musik Blues".