Fatwa ini kemudian diikuti Nahdlatul Ulama dengan mengeluarkan Resolusi Jihad di Surabaya pada 22 Oktober 1945 dan di Purwokerto 29 Maret 1946. Selain itu, Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) juga mengeluarkan fatwa serupa pada 7 hingga 8 November 1945 di Yogyakarta.
Fatwa jihad tersebut menggelorakan semangat juang rakyat Indonesia dari seluruh penjuru tanah air, untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari mempunyai esensi bahwa berjuang mempertahankan kemerdekaan merupakan kewajiban agama.
Awal mulanya resolusi jihad diserukan untuk merespons NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang mencoba menjajah kembali Indonesia.
KH Hasyim Asy'ari bersama dengan ulama lainnya wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya pada 21- 22 Oktober 1945. Para ulama tersebut kemudian mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai perang jihad.
Para santri dan pemuda berjuang dalam barisan Hisbullah yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin. Sementara itu para kiai berada di barisan Mujahiddin yang dipimpin oleh KH Wahab Abdullah.
Isi dari Resolusi Jihad tersebut yakni, menegaskan bahwa hukum membela Tanah Air adalah fardhu ain bagi setiap muslim di Indonesia. Tak hanya itu dalam Resolusi Jihad juga ditegaskan bahwa muslimin yang berada dalam radius 94 kilometer dari pusat pertempuran wajib ikut berperang melawan Belanda.
Para kiai juga membentuk barisan pasukan Sabilillah yang dipimpin oleh KH Maskur. Setelah Resolusi Jihad tersebut terjadilah pertempuran 10 November 1945.
Para santri dan pemuda berjuang dalam barisan Hisbullah yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin. Sementara itu para kiai berada di barisan Mujahiddin yang dipimpin oleh KH Wahab Abdullah.
Isi dari Resolusi Jihad tersebut yakni, menegaskan bahwa hukum membela Tanah Air adalah fardhu ain bagi setiap muslim di Indonesia. Tak hanya itu dalam Resolusi Jihad juga ditegaskan bahwa muslimin yang berada dalam radius 94 kilometer dari pusat pertempuran wajib ikut berperang melawan Belanda.
Para kiai juga membentuk barisan pasukan Sabilillah yang dipimpin oleh KH Maskur. Setelah Resolusi Jihad tersebut terjadilah pertempuran 10 November 1945.
- Mohammad Natsir, Menteri Jujur dengan Jas Butut Bertambal
- Reaksi Cerdas Humoris Haji Agus Salim Ketika Dicemooh: Mbek, Mbeek