Hari Malapetaka 15 Mei 1948 Ketika Zionis Mendirikan Negara Israel
Pada 15 Mei 1948, Zionis mendirikan negara Israel dengan merampas wilayah dan pengusiran paksa sekitar 750.000 warga Palestina. Warga Palestina menyebutnya sebagai hari Nakba yang artinya hari malapetaka.
Kata "Nakba" berarti "malapetaka" dalam bahasa Arab, dan mengacu pada pembersihan etnis sistematis dari dua pertiga penduduk Palestina pada saat itu oleh Zionis antara 1947-1949 dan penghancuran total masyarakat Palestina.
Pasukan Zionis telah mengambil lebih dari 78 persen dari wilayah Palestina bersejarah, etnis dibersihkan dan menghancurkan sekitar 530 desa dan kota, dan membunuh sekitar 15.000 warga Palestina dalam serangkaian kekejaman massal, termasuk pembantaian.
Banyak warga Palestina menolaknya dan kemudian pecah perang. Tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga melakukan penyerbuan.
Menjelang akhir pertempuran satu tahun kemudian melalui gencatan senjata, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah.
Yordania menduduki wilayah yang kemudian menjadi Tepi Barat, dan Mesir menguasai Gaza.
Yerusalem dibagi antara pasukan Israel di bagian Barat, dan pasukan Yordania di bagian Timur.
Karena tidak pernah ada perjanjian perdamaian - kedua belah pihak saling menyalahka - terjadi lah perang dan pertempuran selama puluhan tahun berikutnya.
Dalam perang berikutnya pada tahun 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat, dan juga sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah, Gaza dan Semenanjung Sinai yang dikuasai Mesir.
Mayoritas pengungsi Palestina dan keturunan mereka tinggal di Gaza dan Tepi Barat. Mereka juga tinggal di negara tetangga Suriah, Yordania dan Lebanon.
Israel tidak mengizinkan para pengungsi itu dan keturunan mereka pulang ke rumah mereka sendiri. Israel beralasan kepulangan pengungsi akan membebani negara itu dan mengancam keberadaan negara iti sebagai negara Yahudi.
Komandan militer Israel tiba di Yerusalem Timur, setelah pasukannya merebut wilayah itu dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Israel masih menduduki Tepi Barat, dan meskipun sudah mundur dari Gaza, PBB masih menganggap wilayah itu sebagai bagian dari wilayah yang diduduki Israel.
Israel mengakui seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, sedangkan Palestina menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di masa depan.
Amerika Serikat adalah salah satu dari segelintir negara yang mengakui klaim Israel atas seluruh wilayah kota tersebut.
Selama 50 tahun terakhir, Israel telah membangun permukiman di daerah-daerah itu yang kini ditempati oleh lebih dari 600.000 warga Yahudi.
Palestina menegaskan pembangunan itu melanggarar hukum internasional dan menjadi batu sandungan dalam perundingan perdamaian, tetapi Israel menepisnya.
Israel dan Palestina gagal mencapai titik temu dalam sejumlah masalah.
Di antaranya adalah apa yang dilakukan terhadap pengungsi Palestina, apakah permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki Israel dibiarkan atau dibongkar.
Masalah lain terkait dengan Yerusalem, apakah kedua pihak seharusnya berbagi kota itu. Dan yang mungkin paling pelik adalah negara Palestina didirikan berdampingan dengan Israel.
Perjanjian damai apa pun di masa depan akan memerlukan kesepakatan kedua pihak untuk menuntaskan masalah-masalah yang rumit.
BBC, AL JAZEERA, ZIDWORLD