Tips Psikolog: Cara Lebih Baik Daripada Hanya Menghakimi Diri Sendiri
Pernahkah Anda memiliki suatu tekanan emosional yang kuat dan kemudian menghakimi diri Anda sendiri?
Berikut ini uraian Betsy Holmberg, Ph.D., psikolog yang berspesialisasi dalam pembicaraan diri sendiri yang negatif dan berpikir berlebihan.
Mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda seharusnya tidak menjadi begitu marah, atau bahwa Anda seharusnya memiliki kemampuan mengatasi masalah yang lebih baik? Ini adalah kebiasaan umum yang kita semua alami. Kita memikirkan atau merasakan sesuatu, lalu menyalahkan diri sendiri karenanya.
Kritik diri bisa terasa produktif. Jika kita menyalahkan diri sendiri, mungkin kita akan berperilaku lebih baik di masa depan. Sayangnya, ketika perasaan besar muncul lagi, seperti yang selalu terjadi, kita kemudian melihat diri kita tidak terkendali, lemah, atau seperti ada yang tidak beres dengan diri kita.
Kenyataannya adalah mengkritik diri sendiri tidak membantu Anda belajar. Saat Anda menilai pikiran dan perasaan Anda, Anda menggunakan jaringan mode default (DMN). Jaringan pemikiran ini bertanggung jawab atas monolog batin Anda dan bersifat otomatis. Anda mendengarkan pemikiran-pemikiran ini; Anda tidak menciptakannya.
Ketika Anda terus memikirkan kesalahan yang Anda lakukan, hal ini memperkuat jalur kritis DMN di otak, berkontribusi pada perkembangan kecemasan, depresi, dan kondisi kesehatan mental lainnya. Ketika Anda merasa cemas, sedih, dan kewalahan karena selalu menyalahkan diri sendiri, sumber daya emosional/mental Anda akan lebih sedikit sehingga Anda cenderung kehilangan ketenangan.
Apa yang harus Anda lakukan? Cobalah empat langkah ini.
1. Biarkan pikiran atau perasaan negatif itu pergi. Ketika Anda merasakan dorongan untuk mulai mengkritik diri sendiri, ingatlah bahwa pikiran dan perasaan negatif terjadi secara otomatis. Anda mengalaminya. Oleh karena itu, berhentilah menyalahkan diri sendiri. Ambil napas dalam-dalam. Ingatlah semua hal menakjubkan yang telah Anda lakukan, mulai dari berada di sana untuk seorang teman hingga mencintai anak-anak Anda. Anda lebih dari ledakan yang satu ini.
2. Perhatikan kondisi yang menyebabkannya. Daripada menuding diri sendiri (saya orang jahat), selidiki aspek apa dari situasi Anda yang mungkin menyebabkan ledakan kemarahan tersebut. Apakah Anda lelah, sakit, atau lapar? Apakah Anda terlalu banyak bekerja? Apakah ada seseorang yang meneriaki Anda sebelumnya dan membuat Anda gelisah? Apakah Anda mempunyai kebutuhan yang tidak terpenuhi?
3. Selesaikan masalah situasinya, bukan diri Anda sendiri. Setelah Anda melihat apa yang menyebabkan situasi tersebut, selesaikan masalah untuk memperbaikinya. Misalnya, jika Anda sangat lelah, mungkin batalkan rencana Anda malam itu dan tidurlah lebih awal. Atau, jika Anda berada di tempat ramai sepanjang hari dan merasa terlalu bersemangat, prioritaskan waktu untuk menyendiri. Inilah cara mencintai diri sendiri kembali seimbang.
4. Meminta maaf atau memperbaiki segala akibat negatif. Jika Anda membentak seseorang, minta maaf atas apa yang Anda katakan, dan cara Anda mengatakannya. Jelaskan apa yang Anda pelajari pada langkah di atas (bahwa Anda lelah, terlalu terstimulasi, sakit). Biarkan mereka berbagi bagaimana situasi tersebut memengaruhi perasaan mereka dan akui perasaan tersebut. Memecahkan masalah adalah cara lain untuk menangani situasi seperti ini di masa depan. Memiliki rencana permainan dapat membantu Anda melepaskan apa yang terjadi dan bergerak maju.
Pada akhirnya, kita tidak menciptakan pikiran dan emosi negatif, kita justru mengalaminya. Oleh karena itu, mengkritik diri sendiri karena memilikinya tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Apa yang membuat segalanya lebih baik adalah berbelas kasih pada diri sendiri, menjaga diri sendiri, dan membicarakan segala sesuatunya ketika hidup menjadi sulit.
psychologytoday