Bisakah China Gunakan Pengaruhnya untuk Damaikan Rusia dan Ukraina?
Menteri Luar Negeri Ukraina mengunjungi China untuk pertama kalinya. China memberikan dukungan politik dan ekonomi kepada Rusia sambil pula menjalin hubungan baik dngan Ukraina.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengunjungi Cina untuk pertama kalinya pada hari Rabu (24/07) setelah diundang untuk berunding oleh Menlu Cina, Wang Yi. Beijing berupaya untuk memperluas posisinya sebagai mediator dalam membantu mengakhiri perang di Ukraina.
"Saya yakin bahwa perdamaian yang adil di Ukraina merupakan kepentingan strategis Cina, dan peran Cina sebagai kekuatan global untuk perdamaian adalah penting," kata Kuleba dalam sambutan pembukaannya.
Ia adalah pejabat Ukraina berpangkat tertinggi yang mengunjungi Cina sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Sebelum pembicaraan selama tiga jam pada hari Rabu di kota Guangzhou di selatan, Menlu Wang menekankan bahwa Ukraina dan Cina terus menjaga hubungan kerja sama "meskipun situasi internasional dan regional yang kompleks dan terus berubah."
Pada bulan Juni, Wang menegaskan kembali "posisi Cina terkait krisis Ukraina" bahwa Beijing "berkomitmen untuk mempromosikan perundingan demi perdamaian."
Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Rabu mengatakan Kuleba memberi tahu Wang bahwa Ukraina "siap untuk berunding dengan pihak Rusia pada tahap tertentu, saat Rusia siap berunding dengan itikad baik, tetapi menekankan bahwa saat ini belum ada kesiapan seperti itu dari pihak Rusia."
Peran Cina sebagai mediator
Meskipun Beijing memposisikan dirinya sebagai penengah yang netral, Cina secara luas dipandang oleh Ukraina dan sekutunya di AS dan Eropa sebagai pendukung Rusia untuk melanjutkan perangnya di Ukraina.
Beijing juga dituduh oleh AS dan Eropa menyediakan peralatan mesin dan mikroelektronika yang digunakan untuk memproduksi senjata Rusia. Beijing membantah tuduhan ini. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada pertemuan puncak G7 pada bulan Juni bahwa Presiden Cina Xi Jinping "memberinya janji" bahwa negaranya tidak akan memberikan senjata kepada Rusia.
Cina juga menyatakan bahwa pembicaraan untuk mengakhiri perang harus mempertimbangkan kepentingan Rusia dan Ukraina. Hal ini dipandang sebagai hal yang tidak mungkin di Kyiv, karena Ukraina mengatakan bahwa penyelesaian damai apa pun bergantung pada penarikan Rusia dari wilayah Ukraina. Setelah lebih dari dua tahun perang, Rusia sekarang menguasai sekitar 18-20% wilayah Ukraina.
"Bermitra dengan Ukraina memastikan bahwa Cina tidak dianggap terlalu memihak Rusia. Meskipun Cina tidak secara eksplisit mendukung perang Rusia melawan Ukraina, tindakannya menunjukkan dukungan tidak langsung melalui hubungan ekonomi, sistem keuangan, dan manuver diplomatik," kata kepala layanan Cina DW, Petra Aldenrath.
"Cina berupaya memperluas pengaruhnya di Eropa Timur dan memposisikan dirinya sebagai mediator global utama," tambahnya.
Satu hal yang diharapkan dalam agenda selama kunjungan Kuleba adalah melobi pejabat Cina untuk menghadiri pertemuan puncak perdamaian lainnya yang diharapkan sebelum pemilihan presiden AS pada bulan November.
Cina tidak mengirimkan perwakilan ke pertemuan puncak perdamaian yang diselenggarakan oleh Swiss pada bulan Juni, yang juga tidak melibatkan Rusia.
Sebelum pertemuan puncak bulan Juni, Wang mengatakan Cina telah "mengajukan saran yang membangun" kepada Swiss, menurut kantor berita resmi Xinhua.
"Ada banyak pertemuan puncak di dunia saat ini. Apakah dan bagaimana berpartisipasi, Cina akan memutuskan secara independen sesuai dengan posisinya sendiri," tambah Wang.
Presiden Zelenskyy mengatakan pada forum pertahanan Dialog Shangri-La di Singapura bulan lalu bahwa Rusia berupaya menggunakan pengaruh Cina pada negara-negara Asia yang lebih kecil untuk "mengganggu" pertemuan puncak perdamaian.
Pejabat Ukraina mempelopori pertemuan puncak tersebut untuk menyoroti dukungan internasional atas apa yang disebut Zelenskyy sebagai "formula perdamaian" untuk mengakhiri perang. Poin utamanya adalah "memulihkan integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina" ke perbatasan yang diakui secara internasional, termasuk Krimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014.
Menjelang konferensi Swiss, Cina bersama dengan negara anggota BRICS, yakni Brasil, menerbitkan rencana perdamaian enam poin terpisah yang tidak mencakup pemulihan wilayah Ukraina, tetapi menyerukan "konferensi perdamaian internasional yang diadakan pada waktu yang tepat yang diakui oleh Rusia dan Ukraina."
Menjelang kunjungannya minggu ini, Kuleba mengatakan di media sosial "kita harus menghindari persaingan rencana perdamaian." Sementara Alexander Gabuev, Direktur Carnegie Russia Eurasia Center, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kunjungan Kuleba dapat "meyakinkan Cina agar berpartisipasi dalam pertemuan puncak perdamaian kedua."
Apa visi Cina bagi perdamaian?
Cina memang tidak pernah mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Dua minggu sebelum Rusia melancarkan menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Xi dan Putin memuji kerja sama "tanpa batas" antara negara mereka. Kedua negara sama-sama menganjurkan tatanan dunia "multipolar" sebagai alternatif bagi Amerika Serikat dan Eropa.
Dalam dokumen tahun 2023 yang menguraikan posisi Cina mengenai "penyelesaian politik krisis Ukraina," Cina menyerukan penegakan "kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial semua negara," sambil menganjurkan perundingan damai dan mengakhiri permusuhan.
Dokumen tersebut juga menyerukan untuk "meninggalkan mentalitas Perang Dingin," dengan menekankan "keamanan suatu kawasan tidak boleh dicapai dengan memperkuat atau memperluas blok militer," kata dokumen tersebut.
Setelah Putin bertemu dengan Xi pada bulan Mei, Presiden Rusia itu menyalahkan Ukraina karena menolak perundingan perdamaian, sambil memuji upaya diplomatik Cina.
Dalam pernyataan selama pertemuan tersebut, Moskow juga mengklaim tengah mencari "dialog" untuk mengakhiri perang yang telah mereka mulai.
dw, zid