Militer Bangladesh Tolak Menumpas Demonstran Lalu Rezim Penguasa Tumbang


Satu malam sebelum Sheikh Hasina, pemimpin Bangladesh yang telah berkuasa selama lebih dari 15 tahun, melarikan diri di tengah meluasnya aksi demonstrasi yang menelan puluhan korban jiwa, Panglima Angkatan Darat Jendral Waker-Uz-Zaman ternyata melangsungkan pertemuan dengan para jendralnya dan memutuskan bahwa pasukannya tidak akan menembaki warga sipil untuk memberlakukan aturan jam malam. 


Hal ini disampaikan dua perwira militer yang mengetahui tentang pertemuan itu kepada kantor berita Reuters.

Seusai pertemuan itu, Jendral Waker-Uz-Zaman menghubungi kantor perdana menteri dan menyampaikan bahwa tentara tidak akan dapat menerapkan karantina wilayah yang dimintanya.

Pesannya sangat jelas, yaitu bahwa Hasina tidak lagi didukung tentara.

Rincian pertemuan online antara para petinggi militer dan pesan kepada Hasina bahwa ia telah kehilangan dukungan mereka ini belum pernah dilaporkan sebelumnya. Rincian ini membantu menjelaskan bagaimana kekuasaan Hasina berakhir secara tiba-tiba pada hari Senin (5/8) dan ia lengser. Hasina kemudian melarikan diri dari Bangladesh ke India.

Jam malam akhirnya tetap diberlakukan setelah bentrokan antara demonstran yang terdiri dari para mahasiswa bersama warga bentrok dengan aktivis-aktivis partai yang berkuasa. Sedikitnya 91 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam bentrokan yang mencapai puncaknya pada Minggu malam (4/8). Jumlah ini menambah jumlah korban tewas menjadi sedikitnya 241 orang.

Tiga mantan perwira senior militer mengatakan kepada Reuters bahwa luasnya skala demonstrasi dan besarnya jumlah korban tewas membuat dukungan pada Hasina tidak dapat dipertahankan.

“Ada banyak kegelisahan di kalangan pasukan tentara,” kata purnawirawan Brigjen M. Sakhawat Hossain, seraya menambahkan “itulah mungkin yang membuat tekanan pada kepala staf Angkatan Darat, karena pasukan melihat sendiri apa yang terjadi.”


voa, zid
Next Post Previous Post