Masih Seberapa Besar Kekuasaan Oligarki di Ukraina Sekarang?

Masih Seberapa Besar Kekuasaan Oligarki di Ukraina Sekarang?

Meski merugi akibat perang, oligarki Ukraina tetap menguasai sebagian besar kekayaan negara dan memegang pengaruh politik. Kini ada UU Anti Oligarki di Ukraina yang menyebut tiga kriteria utama, yakni aktif mempengaruhi kebijakan politik, menguasai media, dan memonopoli sebuah cabang industri.

 
Dalam lawatan ke Brussel, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan pihaknya beranggapan perundingan keanggotaan Ukraina di Uni Eropa sudah bisa dimulai tahun ini. Uni Eropa sebaliknya mengimbau pemerintah di Kyiv agar mepercepat langkah reformasi, terutama penanggulangan korupsi.

Brussel juga mengatakan masih mempelajari UU Anti Oligarki yang disahkan Kyiv baru-baru ini. Legislasi itu dibuat demi membatasi pengaruh segelintir kelompok terkaya terhadap kebijakan negara, sebagai bagian dari syarat keanggotaan Uni Eropa. 

UU Anti Oligarki di Ukraina yang baru disahkan menyebut tiga kriteria utama, yakni aktif memengaruhi kebijakan politik, menguasai media, dan memonopoli sebuah cabang industri.



Mereka yang masuk dalam daftar oligarki, tidak lagi diizinkan menyumbang uang kepada partai politik atau terlibat dalam privatisasi perusahaan negara, serta harus membeberkan kekayaannya kepada publik.

Isu korupsi dan kuatnya pengaruh oligarki dianggap sebagai dua hambatan terbesar bagi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa. Maraknya suap dinilai merugikan ekonomi, karena lobi politik dianggap lebih murah dan menguntungkan ketimbang harus membiayai modernisasi atau investasi.

 
Merugi akibat perang


 
UU Anti Oligarki sejauh ini sudah mencatatkan keberhasilan pertama. Miliarder Ukraina Rinat Akhmetov mengembalikan izin terbit grup medianya. Begitu pula Ketua Umum Partai Solidaritas Eropa, bekas Presiden Petro Poroshenko, harus menyerahkan kuasa terhadap stasiun televisi miliknya.

Langkah serupa diambil miliarder lain, Vadim Novynskiy, yang baru-baru ini mengundurkan diri sebagai anggota legislatif.

Hancurnya sejumlah sentra industri vital di Ukraina akibat invasi Rusia turut melenyapkan sebagian kekayaaan dan sekaligus meredupkan pengaruh para oligarki. Menurut riset Center for Economic Strategy (CES) pada akhir 2022, kerugian perang kaum oligarki Ukraina mencapai USD4,5 miliar atau lebih dari Rp90 triliun.

Pukulan terbesar dialami Akhmetov yang menguasai pabrik logam Azovstal di Mariupol. Kompleks seluas 10 km persegi itu mempekerjakan hampir 12.000 tenaga kerja sebelum perang. Hancurnya Azovstal ditaksir menciptakan kerugian sebesar USD3,5 miliar.

Menurut laporan Forbes Ukraine, Akhmetov secara keseluruhan kehilangan harta senilai USD9 miliar akibat perang.

Panjang tangan Oligarki

Kerugian akibat perang bisa dipastikan semakin membatasi kemampuan kelompok oligarki untuk mempengaruhi politik, kata Pakar CES, Dmytro Horyunov. "Investasi kepada partai politik menjadi kurang relevan,” kata dia.

Dia berharap, UU Anti Oligarki akan mampu mendorong pengusaha kaya untuk menghindari politik dan media nasional. Namun begitu, pengaruh kaum oligarki belum akan sepenuhnya menghilang dari politik Ukraina.

"Selama mereka masih punya harta berlimpah, mereka akan berusaha untuk melindungi atau memperbanyaknya,” kata Horyunov.

CES melihat peluang terbesar pada integrasi Eropa. Diharapkan, kehadiran investor dan industri Eropa bisa meramaikan persaingan di dalam negeri, dan dengan begitu semakin meredupkan pengaruh kaum oligarki.
 
 
 

dw, zid

Please publish modules in offcanvas position.

{{ message }}