Pakistan adalah salah satu negara penerima utang dan investasi infrastruktur dan energi terbesar dari China. Pakistan sekarang berutang kepada China sepertiga dari total utang luar negerinya yang sangat besar.
Penelitian menunjukkan bahwa utang dan investasi China, yang sebagian besar dirahasiakan, tidak murah. Sebuah laporan laboratorium penelitian AidData yang berbasis di AS mendapati bahwa sebagian besar pembiayaan pembangunan China di Pakistan adalah pinjaman yang diberikan pada atau mendekati tarif komersial.
Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), telah berlangsung selama 10 tahun. Para pakar mengatakan, meskipun mega proyek tersebut telah membantu Pakistan mengembangkan berbagai infrastruktur yang sangat dibutuhkan, pinjaman yang "kurang murah hati" dari Beijing ditambah dengan salah urus oleh Islamabad, telah membuat proyek tersebut tidak mengubah ekonomi Pakistan menjadi lebih baik.
Ekonom yang berbasis di Pakistan Ammar Habib Khan, seorang peneliti senior di lembaga think-tank "Atlantic Council" mengatakan bahwa beban keuangan (utang) ini sebagian menjadi alasan mengapa Pakistan kesulitan untuk memicu pertumbuhan ekonominya melalui CPEC.
“Banyak dari infrastruktur itu datang dengan biaya yang cukup tinggi, serta banyak dari pinjaman itu pada dasarnya dalam bentuk dolar dan lebih tinggi daripada persyaratan pasar,” katanya.
“Akibatnya, Pakistan terus melakukan pembayaran dalam dolar yang signifikan terhadap utang China. Karena itu kami terus mengalami krisis neraca berjalan dan beberapa masalah utang yang serius.”
Pakistan, Negara Teratas Paling Terpapar Pengaruh China
Sementara itu, sebuah laporan tahun lalu oleh laboratorium anti-disinformasi DoubleThink's China in the World, menempatkan Pakistan di urutan teratas daftar negara yang paling terpapar pengaruh China.
Menurut laporan AidData, persyaratan pinjaman China lebih mahal daripada yang biasanya ditawarkan negara-negara Barat. Habib Khan mengatakan kurangnya dana Barat untuk Pakistan membuat Islamabad tidak punya banyak pilihan.
“Pilihannya hanyalah apakah akan memiliki pembangkit listrik atau mematikan listrik selama 12 hingga 15 jam,” kata Khan.
“Jadi, ya, CPEC memang memberi Pakistan basis infrastruktur yang diperlukan untuk pertumbuhan industri. Sementara, negara-negara Barat belum mampu memberikan hal yang sama (kepada Pakistan) selama beberapa tahun terakhir.”
Di bawah BRI, China mengucurkan delapan kali lebih banyak di Pakistan daripada Amerika Serikat, menurut penelitian AidData. AS membelanjakan untuk infrastruktur lunak di Pakistan seperti pendidikan, tata kelola, dan pembangunan kapasitas hukum dan ketertiban, sementara China untuk infrastruktur keras di sana.
Pakistan adalah penerima terbesar investasi energi China di Asia, sementara bagiannya dari proyek transportasi dan penyimpanan BRI adalah yang tertinggi di dunia.
Para ahli mengatakan bahwa untuk mengurangi beban utang yang berasal dari CPEC, Pakistan harus menemukan cara untuk menggunakan energi dan infrastruktur secara efisien yang diperolehnya melalui proyek besar dan memperkuat produksi dan ekspor dalam negeri.
voa, zid