Survei CSIS: 98 Persen Kaum Muda Indonesia Ogah Masuk Parpol

Survei CSIS: 98 Persen Kaum Muda Indonesia Ogah Masuk Parpol

Direktur Eksekutif Center For Strategic And Internasional Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, mengungkap mayoritas kaum muda di Indonesia tidak tertarik masuk parpol. 

 
Menurut survei CSIS pada Agustus 2022, hanya 1,1% anak muda yang menyatakan berminat gabung parpol.

Padahal menurutnya, pemilih muda dengan kelompok usia 17-39 tahun diprediksi akan mendekati 60% atau setara dengan 114 juta pemilih pada 2024.


"Kita masih harus terus mendorong anak muda aktif di dalam politik, untuk penyegaran baru dan tema baru di dalam proses bangsa negara kita," kata Yose, Rabu (15/3).

Yose menjelaskan, demografi pemilih Indonesia menjelang Pemilu 2024 memang akan mengalami perubahan.

"Tingkat partisipasi politik pemilih muda seperti terekam dalam survei nasional CSIS 2022 juga mengalami peningkatan dari 85,9% (Pemilu 2014) menjadi 91,3% (Pemilu 2019)," lanjut dia.

Tetapi ini tak seiring dengan minat anak muda berpolitik. Ketertarikan politik pemilih muda untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau kepala daerah pun masih di angka 15%.


Dengan proporsi pemilih yang mencapai 60%, lanjut Yose, keterpilihan politisi muda yang berusia di bawah 40 tahun di level nasional masih rendah. Rata-rata keterpilihan politisi muda sejak pemilu 1999-2019 hanya sebesar 15,1%.

Menurut riset CSIS, ada kecenderungan peluang keterpilihan yang lebih tinggi bagi politisi muda di tingkat daerah dibandingkan tingkat nasional.

Menjelang Pemilu 2024 nanti, Yose memandang perhatian pemilih muda terhadap isu-isu baru, seperti ekonomi, kesehatan, ketenagakerjaan, pemberantasan korupsi dan lingkungan hidup diprediksi lebih tinggi dibandingkan pemilu sebelumnya.


Berdasarkan survei CSIS pada 8-13 Agustus 2022 lalu, 44,4% pemilih muda memiliki perhatian lebih pada isu kesejahteraan masyarakat, 21,3% pada isu lapangan kerja, 15,9% pada isu pemberantasan korupsi, 6.2% pada isu kesehatan, serta 2,3% pada isu terkait lingkungan hidup.

Perubahan kondisi demografi pemilih dan isu-isu strategis ke depan membuat posisi pemilih muda yang adaptif, dinamis, serta responsif terhadap isu-isu ekonomi, kesehatan, muda dinilai akan mempengaruhi arah kebijakan politik Indonesia setelah Pemilu 2024.

Yose yakin karakter lingkungan, ketenagakerjaan, hingga demokrasi, menuntut agar proses perumusan kebijakan lebih inklusif, kolaboratif, serta mampu mendengarkan aspirasi dari pihak eksternal, khususnya bagi pemilih muda.

"Ke depan, arah dan preferensi pemilih muda terhadap kontestasi politik elektoral sangat mendesak untuk ditelaah secara mendalam," ujar dia.

"Termasuk sikap dan dukungan dari pemilih muda terhadap demokrasi dan isu-isu politik, representasi pemilih muda dalam parpol, serta literasi politik pemilih muda dalam kaitannya dengan partisipasi digital dan disinformasi," tandas dia.
 
 
 
 
kumparan, zidworld

Please publish modules in offcanvas position.

{{ message }}