"Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan repotkanlah orang dzalim saling mendzalimi sesama orang dzalim, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka ..." demikian petikan esensi shalawat asyghil.
Menurut Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Peterongan, Jombang, Jawa Timur, Prof Ahmad Zahro, shalawat asyghil awalnya dimunajatkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq yang merupakan cicit dari Nabi Muhammad.
“Shalawat asyghil berasal dari Ja’far ash-Shadiq. Beliau hidup di akhir masa Dinasti Umayyah dan awal era Abbasiyah yang penuh intrik dan konflik politik,” kata Ahmad Zahro dikutip dari Azahro Official
Dalam Jurnal Studi Hadis Nusantara, halaman 134-148, Nurjaman, Deden, Lukman Zain, dan Ahmad Faqih Hasyim menjelaskan bahwa Imam Ja’far ash-Shadiq rutin membaca shalawat asyghil dengan jamaahnya bersamaan melakukan doa qunut subuh.
Shalawat asyghil muncul ketika keturunan Nabi Muhammad dan pengikut setianya mengalami persekusi oleh Bani Umayyah, terutama di masa kepemimpinan Yazid bin Muawiyyah. Lalu Imam Ja’far Ash-Shadiq memunajatkan shalawat asyghil, berdoa agar orang-orang dzalim itu saling mendzalimi sesama mereka sendiri.
Menjelang pertengahan abad ke-8 M, banyak yang tidak lagi mendukung Bani Umayyah yang korup dan hanya memihak sebagian kelompok. Hingga pergolakan politik besar-besaran terjadi pada pertengahan abad ke-8 M, Dinasti Umayyah yang penindas dan tidak memiliki legitimasi keagamaan akhirnya runtuh.
Revolusi Abbasiyah berhasil menggulingkan Dinasti Umayyah yang berkuasa antara 661-750 M.
Sholawat asyghil di Parung… Jabar. pic.twitter.com/f4J5QC4gKX
— Imam Shamsi Ali (@ShamsiAli2) October 26, 2023
zid, nu, azahro