Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang dibangun dan dikelola dengan dana donasi rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina, saat ini dalam kondisi genting usai diserang rudal Israel.
Sejarah RS Indonesia di Gaza
Dikutip dari laman resmi Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza, Palestina, dimulai sejak 14 Mei 2011. Pada akhir April 2012, pembangunan tahap 1 untuk struktur RS Indonesia selesai.
Pada 1 November 2012, pembangunan tahap 2 untuk pekerjaan Arsitektur dan ME (Mechanical Electrical) dimulai. Pembangunan tahap ini diawasi dan dikerjakan langsung oleh relawan Indonesia yang tergabung dalam Divisi Konstruksi MER-C. Pembangunan tahap 2 selesai pada tahun 2014.
Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza ini dibangun di atas tanah seluas 16.261 meter persegi (m2) yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Tanah ini merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina di Gaza, Palestina.
Dana pembangunan RS Indonesia di Gaza sampai saat ini seluruhnya berasal dari donasi rakyat Indonesia, tidak ada dana bantuan asing. Untuk itu, RS ini diberi nama RS INDONESIA (RSI) dengan harapan bisa menjadi bukti silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina.
Bangunan RS Indonesia adalah bangunan terunik dan terbesar di Jalur Gaza yang sebagian besar bangunannya berbentuk segi empat. Dengan keberadaan RSI menjadi pesan bahwa di tanah Palestina ada aset dan sumbangan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.
Latar Belakang Pembangunan
Pada 27 Desember 2008, Israel memulai gempuran dahsyat pertamanya ke Jalur Gaza. Lalu pada 1 Januari 2009, Tim Medis MER-C bersama dengan tim Pemerintah RI berangkat ke Gaza untuk menyalurkan bantuan kepada para korban.
Akibat agresi Israel selama 22 hari, jumlah syahid tercatat 1.366 orang yang terdiri dari 437 anak-anak, 110 wanita dan 123 lansia. Sementara jumlah cedera tercatat 5.650 orang (data dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza saat itu).
Tim MER-C juga melihat bahwa RS di Gaza kewalahan menampung korban agresi yang begitu banyak, terlebih lagi wilayah Gaza utara yang berbatasan langsung dengan Israel. Sebagai sebuah wilayah perang, Gaza juga hanya memiliki 1 RS Rehabilitasi, yang tidak luput dari serangan Israel.
Pada 23 Januari 2009, melihat kebutuhan akan sarana kesehatan khususnya yang berfokus pada Trauma dan Rehabilitasi serta jumlah donasi dari masyarakat Indonesia yang cukup besar kala itu, maka Tim MER-C didampingi sejumlah wartawan dari Indonesia bertemu dengan Menkesa palestina di Gaza, dr. Bassim Naim.
Pada kesempatan tersebut, Tim MER-C menyampaikan rencana pembangunan RS Indonesia (RSI) di Jalur Gaza. Rencana ini disambut sangat baik. Atas nama rakyat Indonesia yang diwakili oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT dan atas nama rakyat Gaza yang diwakili oleh dr. Bassim Naim melakukan penandatanganan MOU Pembangunan RSI di Gaza.
In response to the statement of IDF
— #1Indonesia (@mercindonesia) November 10, 2023
spokesman, Danial Hagari who said that Hamas was using the basement of the Indonesia Hospital as central command and control centre of Hamas. However, based on the maps as shown by IDF spokesman, Danial Hagari that Indonesian Hospital are… pic.twitter.com/1PGAdNL4Bt