Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan situasi "mengerikan dan berbahaya" sedang berlangsung di fasilitas kesehatan utama Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, yang hampir mengalami pemadaman listrik total serta kekurangan makanan dan air.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan "tembakan dan pengeboman terus-menerus" di daerah sekitar rumah sakit telah "memperburuk keadaan yang sudah kritis". Dia menyatakan Al-Shifa "tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit".
Kepala bagian bedah RS Al-Shifa, Dr Marwan Abu Saada, mengatakan kepada BBC bahwa bayi-bayi yang lahir prematur kemudian meninggal karena RS kekurangan pasokan listrik.
Bayi-bayi baru lahir lainnya saat ini tidak menerima perawatan yang diperlukan dan Dr Marwan mengatakan dirinya khawatir bahwa "kami akan kehilangan nyawa semua bayi".
Ketika diwawancarai BBC, Presiden Israel, Isaac Herzog, menuduh Hamas mempunyai markas besar di bawah bangunan RS Al-Shifa.
Dr Marwan menyebut tuduhan Israel sebagai "kebohongan besar" dan mengeluarkan "undangan terbuka" kepada pasukan Israel untuk datang dan memeriksa gedung tersebut.
Tidak ada satu pun "militan" di dalam Al-Shifa, kata kepala bagian bedah rumah sakit tersebut kepada BBC.
"Ini adalah undangan terbuka kepada komunitas internasional dan bahkan kepada Israel. Mereka berada di dekat rumah sakit Shifa. Mengapa tidak masuk ke Rumah Sakit Shifa dan melihatnya?
"Kami adalah warga sipil. Saya seorang dokter-ahli bedah. Kami memiliki staf medis, kami memiliki pasien, dan pengungsi. Tidak ada lagi," tegas Dr Marwan.
Israel sebelumnya menuduh Hamas mengoperasikan pusat komando bawah tanah di bawah lokasi rumah sakit terbesar di Gaza, namun hal ini dibantah oleh Hamas.
Tuduhan Israel bahwa Hamas mengoperasikan pusat komando bawah tanah di bawah lokasi rumah sakit juga dilontarkan kepada RS Indonesia di Gaza. Hal itu pun dibantah Kementerian Luar Negeri RI serta lembaga Mer-C.
Laporan WHO menyatakan kurangnya listrik, air, dan makanan di lokasi tersebut "menimbulkan risiko besar bagi kehidupan".