Pengalaman Anak Indonesia Umur 11 Tahun Bisa Langsung Kuliah di Amerika

Pengalaman Anak Indonesia Umur 11 Tahun Bisa Langsung Kuliah di Amerika

Lulus SMP langsung kuliah di Amerika, apa bisa? Bisa. Bahkan dari SD langsung loncat kuliah pun bisa. Ini pengalaman anak Indonesia, begini caranya:


Bosan sekolah? Kenapa tidak langsung kuliah? Bisa kok. Kalian bahkan bisa mendapat beasiswa dan memilih jurusan yang diinginkan.

Itu dilakukan Killy Dinanti Permadi. Kenapa ia memilih ‘lompat’ sejauh itu?

“Saya senang tantangan. Di sekolah yang lama, tidak banyak tantangan. Mereka hanya ingin berpegang pada konsistensi nilai. Jadi, saya harus mencari tutor dari tempat lain. Saya hanya ingin cara yang nyata untuk mendapatkan tantangan di sekolah. Itu sebabnya saya lebih senang di sini.”

Camelia dan anak semata wayangnya, Killy Dinanti, 12, yang kini kuliah di Mary Baldwin University di Staunton, Virginia (dok. pribadi).

Ibu Killy, Camelia, mengungkapkan sejak kelas 2 SD, Killy terus mengeluh bosan sekolah. Pindah kota dan pindah sekolah, tidak menyelesaikan masalah. Di kelas 6 SD, Killy semakin sering mengeluh, mendorong Camelia surfing online, mencari solusi.

Hasilnya, ia mendapat informasi bahwa Mary Baldwin University di Amerika, menerima mahasiswa sedini usia 13 tahun. Usia Killy kala itu 11 tahun. Kampus meminta Killy melakukan sejumlah tes, mulai dari IQ hingga menulis 8 esai dan wawancara. Killy langsung diterima dan mendapat beasiswa walaupun usianya baru 11 tahun. Camelia diberitahu bahwa Killy adalah siswi termuda.

Kondisi setiap anak tentu berbeda. Namun, kepada orang tua yang anaknya mengeluh bosan di sekolah, Camelia menyarankan, “Ikuti saja apa yang disuka. Maksudnya, apa yang menjadi minat, kemudian dilakukan dengan sepenuh hati apa pun itu. Kemudian, dilakukan apa yang memang harus dilakukan untuk memperkuat kemampuannya.”

Killy berencana mengambil jurusan biochemical engineering. Tetapi ia terbuka pada kemungkinan lain. Pada semester awal ini, ia mengambil kuliah kimia, sesuatu yang ia senangi tetapi tidak ada di sekolah dasar.

Killy Dinanti Permadi, 12, di depan kampusnya Mary Baldwin University di Staunton, Virgina: "I'm happier here." (dok. pribadi)

Bosan sekolah juga dialami Rayta Amanadefi Pradata. Ia mencari solusi dan mendapat informasi bahwa ia bisa langsung kuliah di Amerika walaupun belum lulus SMA.

Ibu Rayta, Nur Laili, mengungkapkan bahwa sejak kelas 9 Rayta sudah menyatakan mau langsung kuliah. Rayta bahkan mencari sendiri kampus yang cocok. Ia berusaha menahan keinginan anak semata wayangnya dengan dalih biaya kuliah. Namun ketika Rayta diterima kuliah di Amerika dengan beasiswa, ia tidak bisa lagi mencegah.

“Saya juga harus konsisten dong. Kemarin bilang hanya karena masalah tuition. Sekarang sudah diterima dan sudah dapat beasiswa, ya sudah. Support aja,” tukas Nur Laili.

Pada usia 14, Rayta meninggalkan kelas 10 SMA di Tangerang untuk kuliah dalam dua jurusan: fisika dan matematika, di Bard College at Simon’s Rock, di pinggiran kota Boston. Pada usia 16, ia tercatat sebagai lulusan termuda 2023, dengan predikat summa cumlaude.

Dengan rendah hati ia menyatakan bahwa ia tidak istimewa. Ia bahkan mengungkapkan bahwa ia bukanlah lulusan termuda dari kampus tersebut.

“Tahun lalu ada yang umur 15 sudah keluar (lulus-red),” ujar Rayta.

Rayta kemudian diterima magang di Badan Antariksa Nasional Amerika (NASA).

Rayta (paling kanan) bersama peneliti NASA di depan kantor NASA di Maryland.(dok. pribadi)

Pada usia 17, Rayta tercatat sebagai mahasiswi doktoral di University of Delaware jurusan fisika antariksa. Ia berharap bisa lulus kurang dari empat tahun. Setelah itu, lanjut ke postdoctoral di kampus berbeda. Tujuan akhirnya?

“Riset di space. Sains gitu. Astronomer,” ujarnya.

Mentor Rayta di NASA, Dr. Gang Kai Poh percaya bahwa semua siswa bisa langsung loncat kuliah, kalau memang lulus rangkaian tes yang mencakup kematangan psikis.

Dosen jurusan fisika dan astronomi di Catholic University of America ini menyatakan, “Menurut saya, usia seharusnya tidak menjadi penentu seseorang untuk melanjutkan kuliah atau tidak. Itu sangat bergantung pada masing-masing individu. Kalau mereka siap untuk kuliah, untuk menerima tantangan kuliah, atau tingkat akademi yang lebih tinggi, menurut saya lakukan saja.”

Dr. Gang Kai Poh (paling kanan), dosen fisika astronomi dan peneliti NASA, mentor Rayta: "Usia seharusnya tidak menjadi penentu seseorang untuk kuliah." Rayta di sebelah kanannya. (dok. pribadi)

Pesan Killy dan Rayta bagi pelajar di Indonesia yang ingin loncat langsung kuliah, “Jangan menyerah. Lakukan yang terbaik. Pastikan kalian berlatih setiap hari karena kuliah dan universitas itu tidak sama dengan SMP, SD, jadi lebih baik berlatih. Jika kalian tahu mata pelajaran apa yang kalian akan ambil (jurusan yang akan dipilih), kalian mungkin bisa menyimak video tentang mata pelajaran tersebut, mencoba berlatih soal-soal pada mata pelajaran itu. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kalian harus memaksakan diri melakukan ini terus menerus, kalian tetap perlu mengisi waktu bersama teman dan keluarga, tetapi setidaknya cobalah berlatih.”

Lulus SD, Killy langsung kuliah. Ia harus jalan dari apartemen ke kampus dan melakukan tugas-tugas rumah sendiri. (dok. pribadi)

"Cari kesempatan. Bukan sebaliknya, menunggu kesempatan datang). Sekarang internet sudah luas. Bisa buat belajar juga. Bisa buat membuka wawasan juga. Jadi, make full use of it. Just do what’s best for you (manfaatkan internet sepenuhnya. Lakukan saja yang terbaik),” kata Rayta.

Rayta menambahkan, jangan meragukan kemampuan diri sendiri hanya karena keterbatasan bahasa Inggris. Menurutnya, itu bisa ditingkatkan sambil jalan.

Nah, bosan sekolah? Mau langsung loncat kuliah? Bisa.

 




voa

ZIDWORLD © 2024 Designed By JoomShaper

Please publish modules in offcanvas position.

{{ message }}